Seluruh Jalur Pendakian Rinjani Ditutup Sementara

Seluruh Jalur Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) secara resmi menutup seluruh jalur pendakian menuju Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, terhitung mulai Jumat (19/7/2025). Penutupan ini dilakukan sebagai langkah antisipasi terhadap potensi cuaca ekstrem dan meningkatnya aktivitas vulkanik yang terpantau di kawasan tersebut.

Alasan Penutupan Jalur Pendakian

Kepala BTNGR, Dedy Asriady, menyampaikan bahwa keputusan ini berdasarkan hasil koordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Berdasarkan pantauan terakhir, terjadi peningkatan kegempaan, perubahan suhu tanah, dan potensi hujan deras yang bisa memicu longsor di sejumlah jalur pendakian.

“Keselamatan pengunjung adalah prioritas utama kami. Maka dari itu, seluruh jalur pendakian kami tutup hingga batas waktu yang belum ditentukan,” ujar Dedy dalam keterangan resminya.

Jalur yang Terdampak

Penutupan mencakup seluruh pintu masuk resmi, yaitu jalur Senaru (Lombok Utara), Sembalun (Lombok Timur), Timbanuh, dan Aik Berik (Lombok Tengah). Tidak ada pendaki yang diperbolehkan melakukan aktivitas di zona inti maupun zona penyangga taman nasional.

Selain aktivitas pendakian, kegiatan wisata alam lain seperti camping, trekking ringan, dan kunjungan edukatif juga dihentikan sementara waktu.

Imbauan dan Langkah Lanjutan Seluruh Jalur

Masyarakat sekitar dan para pelaku wisata diminta untuk mematuhi kebijakan ini demi keamanan bersama. BTNGR juga telah menurunkan tim patroli untuk memastikan tidak ada aktivitas ilegal selama masa penutupan berlangsung. Tim gabungan dari TNI, Polri, dan petugas taman nasional turut disiagakan di sejumlah titik rawan.

Pihak BTNGR juga menyediakan layanan informasi dan pengaduan terkait penjadwalan ulang pendakian maupun pengembalian biaya tiket masuk. Masyarakat diharapkan tetap tenang dan mengikuti informasi resmi dari pihak berwenang.

Dampak terhadap Sektor Wisata Seluruh Jalur

Penutupan ini berdampak cukup signifikan terhadap sektor pariwisata lokal, terutama para porter, pemandu wisata, dan pelaku usaha jasa transportasi di kawasan kaki Rinjani. Meski begitu, BTNGR berharap masyarakat memahami bahwa langkah ini penting untuk menghindari risiko keselamatan yang lebih besar.

“Kami berharap penutupan ini bersifat sementara. Jika kondisi telah dinyatakan aman oleh pihak berwenang, jalur pendakian akan segera dibuka kembali,” tutup Dedy.